EmoLogic

1.    FITROHQ

Ternyata aku hanyalah jelmaan dari air (dalam kandungan Ibu),tanah (daging), dan jiwa (ruh), seperti makhluk2 lainnya yg punya jiwa (benda mati&hidup) dan ruh (benda hidup). "Aku" adalah bermakna "inilah aku,aku ini,taw ach",kata panggilan / petunjuk pengganti nama. setelah "Aku" diberi “nama”, baru aku punya identitas, bukan sekedar kata ganti dari "nama (umum)". nama umum (universal) dan nama tertentu (spesifik/khusus) adalah sebuah fitrah dari Allah (nama Agung Sang Pencipta),"dunia tanpa nama" adalah ketika alam semesta mati tanpa komunikasi / interaksi saling sapa, nama adalah bagian kecil dari "bahasa", bahasa adalah media perantara (kongrit & abstrak) dalam berinteraksi / komunikasi. "Alam semesta tanpa bahasa / komunikasi" adalah ketika Alam semesesta "tiada", karna ini fitrah. setelah "aku" ternyata "hidup", ntah kenapa aku jadi seperti ini, punya mata,telinga, hidung, mulut, dan anggota tubuh seperti ini, kenapa?, kenapa "aku" bisa "taw" kalo "aku taw"? siapa "aku"? "aku","aku",dann "aku!!!!". aku bertemu sosok manusia yg mengaku "ibu" dan "bapakku", menuntunku memanggil nama mereka, menuruti ucapan dan petunjuk mereka, memaksaku mengikuti jalan mereka, tapi siapa "aku!",dan kenapa semua begini? hingga aku tumbuh dan berkembang, hingga aku taw; aku adalah makhluk hidup, aku beranak dari mereka (orang tuaku), aku di ajarkan nama - nama benda, kata kerja, nama panggilan manusia - manusia selain aku, ibu, dan bapak. hingga aku harus menurut untuk melakukan sesuatu yang aku belum jelas, hanya disebutkan itu adalah ibadah pada Tuhan, siapa "Tuhan?",dimana Tuhan, kenapa harus begini?. Ntah kenapa aku secara tidak jelas sudah jadi seperti ini, ternyata aku adalah makhluk yang dikategorikan "manusia" bukan hewan,karna aku punya otak tuk berfikir bukan insting (hewan) yang sempit. aku taw dan sadar bahwa aku "ada", dari "ketidak'adaan", aku "hidup",dari "tidak hidup/mati", dengan apa yang ada pada diriku sadar bahwa aku bisa; melihat, mendengar, meraba, mencium, merasakan dan masih banyak lagi. aku sadar tanpa bernafas, makan, minum, aku akan mati. aku bertambah segar/vit setelah aku mandi, aku melakukan hal" yang disebut ibadah, yaitu menyembah Tuhan, yang katanya "Dia" yang menciptakan aku dan alam semesta. diberi taw dan taw  (ilmu dan pengetahuan) oleh ortuku tentang hidup, kehidupan, dan Allah. pada awalnya aku merasa tentram dan nyaman2 saja melakoni itu semua,fitrah. toh kenyataanya hati tentram setelah ibadah, kenapa ya? siapakah sebenarnya "Tuhan" itu? siapa "Allah" itu, hingga umurku bertambah, dan aku banyak mendapat ilmu dan pengetahuan tentang ini semua di tempat - tempat yang disebut sekolah, majlis ta'lim,masjid, pondok pesantren, dlsb. Aku yakin, aku sadar dengan apa yang aku dapatkan dan dengan apa yang aku lakukan, aku memang makhluk yang telah diciptakan, aku memang jadi seperti ini karma bimbingan ortuku, aku memeluk Islam karma ortuku beragama Islam, aku memiliki keyakinan kuat terhadap “aku”, karna aku punya otak/akal, hatiku terpikat akan adanya Sang Pencipta yang menjadikan alam semesta dan isinya dari “ada” menjadi “tidak ada”,dengan ibadah katanya aku bisa berkomunikasi dengan Sang Pencipta, Tuhan yang hanya “Satu” yaitu, Allah. Aku punya beberapa ilmu dan pengetahuan untuk mempelajari lebih lanjut tentang adanya “Allah”, sambil aku melakukan ibadah terus menerus dengan “karma” aku “takut” karma musibah – musibah yang datang karma bila kita tidak beribadah, dan berharap kebaikan dan imbalan karma kita telah beribadah. Aku juga dapat ilmu dan pengetahuan untuk tetap hidup dalam kehidupan dan keseimbangan antara dunia yang aku pijak dan “akhirat”, dikatakan tempat tinggal akhir setelah kita mati nanti di dunia. Aku banyak dapat ilmu pengetahuan dan faham tentang arti “kebenaran”, “norma”, “nilai”, “etika”, “estetika”, “akidah”, “akhlak”, “ibadah ‘amaliayah”, “ibadah ‘ubudiyah”, “sumber hokum Islam (al-Qur’an dan al Hadist), “ilmu bahasa asing (inggris dan arab)”, “ilmu2 study Islam”, “ilmu pendidikan”, “science” dlsb.  Tapi entah kenapa otak dan hatiku sudah yakin dan kuat tentang fenomena ini semua. Sampai aku menemukan sebuah ilmu yang menawarkan metode – metode menguji kebenaran – kebenaran itu sendiri, secara lebih radikal (mendalam), bijaksana, bebas dari sangkaan, universal, yang menjadi rujukan dan ibu dari semua ilmu – ilmu yang ada. Kemudian aku berkelimpungan dengan diriqu sendiri, mecari sesuatu yang disebut “jati diri”, mencari kebenaran yang hakiki/hakekat, semua aku baca, aku coba – coba secara ringan dan berat/mendalam, aku rapuh, aku seolah-olah hancur, aku menjadi seseorang yang tambah “bodoh”, memikirkan arti haiki dari “kursi” saja aku pusing, apalagi tentang “Aku”, “alam”, dan “Tuhan. Aku hampir gila, hehe, ato jangan – jangan udah pernah gila tapi gag konangan. Aku lelah, aku pasrah, aku diam, biarkan aku hanyut, terhempas angin, terperosok ke dalam mimpi – mimpi secara terjaga maupun tidur, embuhlah!.

Saatnya aku digertak oleh dunia, aku tidak boleh meninggalkan hidup dan kehidupan, meneruskan mobilisasi universal, ketika tegang aku refreshing (mancing, tamasya, nongkrong, novi, ngenet, pacaran, dlsb) dengan sahabat2q yg telah menjadi keluarga angkatku. Aku mulai enjoyable, hore!!!.

Waktu aku “mancing”, aku mulai fanatic dengan kesenangan dan ekspresinya, aku menjadikannya hoby, sampai gila mincing (dies), hehehe. Aku sadar kaidah2 dan keindahan alam seperti makhluk – makhluk yang hanya bias hidup di air, mereka butuh makan dan mau makan (umpan) meski mereka dalam bahaya (mau digoreng),haha. Kenapa?

Waktu aku “tamasya”, dolan/mblayang (istilah jawa) di berbagai tempat,seperti tepi laut, pegunungan, dan tempat2 natural lainya. Aku merasakan kedamaian yg fresh dan beda dari kesengan2 karna hal2 lainya. Kenapa?

Waktu aku “nongkrong”, jademan kambi konco2 (istilah jawa), dengan secangkri kopi dan udud aku bias mengarungi dunia dari mulut kemulut/tuker pikiran, dengan nyaman, lost control, rilek, tapi harmonis meski kadang gag normative, hehehe. Kok bisa gini ya?

Waktu aku “novi” (nonton tivi), “ngenet” (acses internet), aku jadi tambah pengetahuan,ilmu, inspirasi, style, performance, dan warna2 baru dari dunia ini, warna merah aja ada banyak karakternya (bit),hehe, itu contoh. Aku juga merasakan adanya getar2 jiwa ketika melihat sosok lawan jenis, normal kale. Ada kalanya ketika aku menemukan lawan jenis sehingga aku dan dia saling klik, nyambung, dan cocok dah pokokna, aku jalani hubungan dengan dia sebagai kekasih, soulmate istilah gaule, dah manusiawi ato naluri hewani sieh aku itu? (di bahas next time) tapi kenapa begini ya?

Tak terasa jiwa agamaku pun tak sekuat dulu (fanatisme)/dogmatis. Tapi pengalaman dan pengetahuanq tak terasa telah bertambah, tidak cuma sedikit tapi hampir mewarnai duniaku. Dalam akademik pun aku banyak menemukan berbagai pendekatan2 ilmiah, metode2 eksperimental, cabang2 ilmu baru, berbagai faham keagamaan (dogma) dan aliran, baik yang memaksaku memahaminya dan tidak, tapi sekarang aku tak sebingung, tak terlalu fanatic seperti dulu lagi, aku enjoy mencium, mencerna, memakan, entah aku muntahkan lagi ato jadi nutrisi,hlloh bahasane ki looow. Berbagai tempat diskusi, mengamati dinamika sosial, politik, ekonomi, seni, budaya, dan agama. Dan jadilah “diriku yang sekarang”

Unek2q;
Walau aku pernah berpendapat bahwa, aku ya aku, Tuhan hanyalah karya akal, dan pemikiran (peradaban) manusia sejak jaman dulu, hingga terus menerus berkembang, melekat, sehingga fenomena2 yang pernah terjadi hanya karya manusia2 dalam mengkaitkannya dengan Sang Pencipta alam semesta (Tuhan,Allah). Filosofi memang hasil karya manusia, buktinya; itu sebuah kata dari bahasa yunani, yang berarti berfikir bijak, radix, universal. Berbagai pondasi dijadikan landasan penentuan kebenaran, seperti otak, paca indra (indrawi/empiris), kitab, dan metode tertentu. Secara induksi dan deduksi, ilmu pengetahuan terus berkembang karma ruang dan waktu yang terus berjalan (tidak akan kembali) atau berputar (akan kembali seperti semula), sehingga tidak bias dikatakan perkembangan dunia tergantung manusia,

Namun pendapatku sekarang, tentunya dengan wujud diriku yang sekarang,dengan pengalaman2, ilmu, pengetahuan, dan semuanya, aku yakin bahwa;
*Manusia sengaja diciptakan Oleh Dzat yang Maha Esa (Esa dalam Dzat,sifat dan perbuatan) hanya untuk “beribadah”, itulah kewajiban baik secara pribadi maupun universal. Menjadi kholifah/pengelola bumi, adalah untuk keseimbangan bumi sendiri, sebagai lokasi awal dan modal kita berdikari mencari diri kita sendiri, dan berusaha menemukan dinamika diri kita sendiri di tengah2 alam/dunia ini. Sebagai tempat kita beribadah, yang nantinya pasti akan dipertanggung jawabkan dan diberi imbalan/balasan, besar atopun kecil, baik atopun buruk, kanan ato kiri, indah atopun jelek, hitam atopun putih, hanya dua sisi (dualisme) itu, sementara sisi “ketiga” hanyalah celah untuk kita tetap berusaha memecahkannya/mencari hokum baru(istimbat), bukan untuk lari dari dua sisi sebagai pilihan dan harga mati kita, tinggal pilih dan lakukan seikhlasmu. Perbedaan antara budaya dan ibadah hanyalah pada niat, niat pun juga merupakan ibadah. Niat mau melakukan baik saja sudah berpahala, namun niat buruk? belum dicatat dosa selama masih sebatas niat. Akankah kita beribadah karma takut dan tekun pada kewajiban saja, mengharap pahala dan surga ato memang kebutuhan kita yang murni dan fitrah? Hakekatnya kita ini “tiada”, hanya Dzat yang Maha “Ada” yang secara hakiki adalah “Ada”, jadi apapun yang seolah olah kita miliki dan kita lakukan yang “benar dan baik” hanyalah karma yang Maha “Ada” saja,sementara kesalahan yang kita lakukan memang dari kita sendiri, karma secara hakiki kita ini makhluk yang diberi tugas beribadah, termasuk usaha2 untuk beribadah  adalah juga melalui mobilisasi di bumi sebagai ladang beribadah kita, ato mungkin tidak tau ato sengaja tidak mengerjakan ibadah padahal kita taw, itulah kesalahan, harta satu2nya yang kita miliki, sebelum bertaubat, kecuali telah menyekutukan Allah dengan makhluk selain Allah, ini sungguh kesalahan fatal. To be conyinue >>>
Please wait ….